Saat Diriku Dilanda Rindu yang Menggebu, Namun Kupaksa Membisu

Februari 28, 2022



"Padamu, pemilik hati ini yang selalu kudoakan tak lekang waktu."

Rasa-rasanya tak pernah jemari ini lelah untuk selalu berselancar di atas layar handphone, hanya untuk mengusir rasa khawatirku, rasa rinduku yang selalu tertuju padamu. Pagi bertemu pagi, tak pernah jemu mengulang rutinitas yang hanya kuhabiskan dengan melihat beranda sosial mediamu. Atau memantau status onlinemu di WhatsApp. 

Hingga suatu hari, untuk yang kesekian kali, ah…aku sudah tak dapat menghitungnya lagi hal yang dirasa tak perlu terasa, terpaksa memisahkan komunikasi yang hanya terjarak oleh sifat yang sudah berkali-kali mengacaukan hari, bahkan mengacaukan hati.

Diammu yang menyelimuti. Melegalkan segala cara hingga akhirnya kita tak saling komunikasi. Jika pun saling sapa, itu aku yang memulai. Sedang kamu terus mencoba menjadi asing. Padahal jelas kita sudah saling mengenali. 

Sekarang, apa yang dapat aku lakukan di sini? Hanya menatapmu dari kejauhan melalui percakapan-percakapan kita dulu. Ingin menyapamu, tapi hati ini tak lagi mampu menggapai asa. Hati ini terluka. Bagaimanapun, aku hanyalah manusia, yang mampu tenggelam dalam banyaknya arus yang dibuat dengan tak sengaja yang disengajakan.

Aku hanya dikuatkan oleh apa yang kau ucapkan dulu, orang yang katamu selalu mengerti dan membersamaimu dalam segala situasi. Lalu sekarang setelah kulihat pelan-pelan perjalananmu mulai membaik; kau tak lagi tertarih seperti dulu, pantaskah aku memintamu untuk kembali menujuku? Sedang dalam beberapa momen hidupmu tak ada aku yang menemani. 

Aku tidak mampu memintamu untuk itu. Sekali lagi, aku tak mampu. Membayangkannya saja, membuatku bergelut dengan rasa bersalah dalam diri. Meski bukan aku yang menjauh. Bukan aku yang diam-diam meninggalkan.

Inilah dirimu dan diriku. Terkadang aku bertanya keras pada Tuhan, mengapa aku masih merinduimu? Mengapa aku masih berharap dipersatukan denganmu? Jawabannya, tentu untuk merubah kita menjadi lebih baik.

Karena Tuhan tak mungkin salah mempertemukan setiap orang. Baik menjadi pasangan, atau justru untuk saling menoreh kisah menyakitkan, bahkan tak menjadi pasangan namun saling mematri luka mendalam. 

Cara agar aku semakin memperkuat diri, adalah dengan tak memperburuk yang sedang terjadi dan tak berlaku sama seperti yang kau lakukan padaku. Bisakah kau bayangkan, jika aku sepertimu? Apakah kamu akan membenciku? Ah, menjadi cermin dari diri sendiri memang hal yang paling menakutkan, bukan?

Ketahuilah, bagaimanapun ini terjadi, aku dan dirimu telah melewatinya berulang kali. Entah seberapa sering setelah kita bersama. Bagaimana mungkin kali ini aku tak dapat melaluinya dengan mulus? Ibarat batu yang diampelas setiap hari, diriku akan jauh lebih lembut menghadapinya, dan akan semakin terbiasa menghadapinya.

Tapi, bagaimana jika batu tersebut tak diampelas, melainkan dihancurkan oleh palu? Mungkin, setiap kepingannya sedang kusatukan kembali, meski tak lagi utuh.

You Might Also Like

0 komentar

Ads Here

Sidebar Ads

Like us on Facebook

Follow Instagram