Ayam Goreng Ala Chef Ika :D

Juni 17, 2012


Hai, hai readers apa kabar? Tetap setia aja jadi pembaca saya. Sep,sep I like you (hahah). Thank you so much (muach :*, hehe). Langsung simak aja ya catatan aku hari ini. Nggak terlalu penting sih buat kamu-kamu. Tapi dari pada nggak ada kerjaan, lebih baik baca catatan aku aja. Dijamin gratis dah. Nggak usah takut. Ayo-ayo..dipilh, tiga lima belas (mau jualan apa buat catatan nih. hehe). Udah penasarankan? Ayo simak terus sampai ke akar-akarnya.

Happy Reading

Pagi ini aku bangun nggak begitu cepat dan begitu lambat. Habis bangun aku langsung mandi dan menunaikan kewajiban, yaitu sholat Subuh. Nggak berapa lama, aku kembali ke kamar. Mata ini nggak bisa di ajak kompromi. Mau nggak mau, aku kembali ngelanjuti tidur ku yang sempat ku pause (hahah, kirain main PS non). Setelah ngerasa cukup untuk istirahat akupun memaksa mata yang penuh belek untuk terbuka (akhirnya bisa juga). Ku lihat jam baker yang terletak indah di meja belajarku. “ mampus, udah jam 8 ” ucapku yang langsung menuju ke kamar mandi. Fikiranku galau. Bukan karena seseorang. Melainkan karena kebingunganku untuk pergi belanja ke pajak atau enggak. Sempat memikirkan masalah itu dua puluh menit. Hingga ku putuskan untuk pergi.

Sampai di pajak yang nggak begitu jauh dari rumahku, aku langsung menuju sasaran. Milih-milih ikan, ayam, sayur, cabai dan lainnya. Waaw, ini sungguh luar biasa. Sejarah yang unik buatku. Ya.. secara aku nggak pernah pergi ke pajak sendiri. Apalagi untuk beli ikan, ayam, sayur dan lainnya. Meski sedikit canggung di dalam pajak aku tetap menikmatinya. Nikmat rasanya, serasa makan ice cream. Selesai membobol seluruh isi pajak aku kembali ke rumah. Seperti hari-hari biasa, aku harus nunggu abang, abang supir angkot (heheh).

Dalam angkot yang super indah dan unik itu aku di lihati banyak orang. Pinginnya sih, nyongkel mata orang yang liat aku. Tapi malas akh, matanya masih dipenuhi belek (hahah). “ salah kalau anak seumuranku belanja ke pajak? Apa mereka fikir aku udah emak-emak ya? ”tanyaku dalam hati. Wah, kalau tahu mereka mikir gitu aku bakal bilang “ ekh buk, aku ini bukan emak-emak kek ibu-ibu pada. Heran ya kenapa cewe manis yang imut ini belanja ke pajak.” Sayang dan sangat disayngkan, mereka tak ada yang bertanya. Akhirnya jaawaban itu ku simpan dalam hati.

Sampai di rumahku (ekh bukan rumah aku sih, masih numpang sama orang tua), aku langsung menuju dapur. Meletakkan semua belanjaan yang berhasil ku angkut pulang. Mulai membersihkan ikan dan ayam. Ajib banget, aku nggak tahu apa yang ku lakukan. Bingung sendiri gimana harus bersihkan ikan dan ayam yang ku beli. “ coba ada mama, aku pasti di ajari olehnya. Bahkan mamapun yang masak. Lagian kenapa dua adikku minta aku masak ”omelku. Ku usahai untuk tetap membersihkan ikan dan ayam itu. Aku nemui daging ayam yang aneh menurutku. Bingung ini daging bagian mananya ayam. “ apa ini tempat pembuangan veses-nya atau enggka ya ”tanyaku dalam hati. Sepontan ku panggil adikku yang paling kecil dan menanyakan apa ini bagian anunya si ayam atau nggak. Sialnya si adekpun tak tahu. “ udah kak buang aja. Dari pada nanti kita makan anunya ayam ”katanya berlalu meninggalkanku. Akhirnya keputusan membuang daging ayam yang tak jelas itu sah terjadi.

Aku tak langsung memasak semua yang ku beli. Aku memilih untuk membereskan rumah terlebih dahulu. Maklum anak cewe atu-atunya (ternyata selain jadi chef kamu bakat juga ya jadi pembantu, heheh). Selesaai beres-beres, aku langsung meracik semua bumbu untuk memasak ayam goreng. Biasa sih menurut ke banyakan orang. Bahkan sebagian orang berfikir “ kebangetan kali yang nggak pande masak ayam goreng ”. Tapi ayam goreng buatanku luar binasa. Maknyos dan rasanya itu membuat ketagihan. (mau? Beli donk. Enak aja mau gratisan).

Hal ini yang ku suka, bermain sama api. Maklum saja, aku keturunan Limbat (hahai). Sakit juga kenak jipratan-jipratan minyak goreng. Bengkak-bengkak nih tangan. Tanggung jawab Mr. Limbat. Saya nggak mau tahu, anda harus ganti rugi (#looh? gubrak. Don’t tri this at home). Masakan ayam goreng pertama selesai. Lanjut lagi untuk masak ayam goreng kedua. Ternyata oh ternyata si Ali, adikku yang paling kecil udah melirik-lirik ayam goreng yang telah masak. Mulai mendekati ayam goreng dan merasakannya.
 “ asin kali ayam gorengnya kak ”ucapnya yang masih asik mengerogoti ayam.
“ Iya dek. Tapi kok masih di makan aja ayamnya ”kataku.
“ udah siap. Aneh kali ayam gorengmu kak ”sambar Luthfi, adikku.
“ Aneh apanya? Udah duduk tenang aja kelen ”ucapku.
“ nggak enak lo bang Fi ayam gorengnya ”kata Ali.
“ Iya? Sini biar aku rasai dulu ”ucap Luthfi.
Luthfipun mulai merasakannya. Aku yakin pasti dia bakal ketagihan. Secara masakan aku-kan enak banget.
“ iya nggak enak dek ”katanya yang terus mengambil daging ayam.
Sesuai dugaanku, mereka pasti ketagihan. Mereka pasti terbayang-bayang akan masakanku. Bakat terpendam juga jadi chef  (heheh). 

Weekend yang special buatku. Tak seperti hari-hariku selama ini. Yang biasanya hanya duduk diam dengan manis. Kalau mau makan tinggal ambil nasi dan lauk yang diantar tetangga rumah (dibaca: rantanagn). Kalau mau beres-beres rumah, udah diberesi sama yang disuruh beresi. Mau nyuci dan gosok juga udah ada yang ngerjai. Weekend biasanya juga selalu habiskan waktu dengan kakak dan abang sepupu. Main bareng mereka, jalan-jalan, nge-band, berantem bareng. Dan yang pasti, weekend yang telah lewat tak se-istimewa weekend kali ini.
 


You Might Also Like

3 komentar

Ads Here

Sidebar Ads

Like us on Facebook

Follow Instagram