[Sosok] Gigih Suroso, Pengukir Karya Lillah
Mei 30, 2017Masih Pemimpin Redaksi |
Sejak memilih bergabung dengaan aktivitas selain menimba ilmu di kampus yang biasa disebut orang organisasi, aku mengenal banyak orang, terkhusus dia. Dia satu-satu pria yang sering memburu berita dengan dua teman wanita seangkatannya. Semangatnya sangat luar biasa bagiku saat itu. Tapi pria berdarah Jawa yang akrab dengan panggilan Gigih itu sangat dingin. Tak pernah aku melihatnya tersenyum. Bahkan sejak aku dinyatakn menjadi juniornya dia tak menegurku. Pun aku tak memiliki nyali penuh untuk menegurnya terlebih dahulu. Aku sempat berpikir bahwa dia tak menyukaiku. Aku sempat mengira barangkali dia menganggapku musuh.
Namun
seiring berjalan waktu, aku cukup mengenalnya dengan diam. Dia selalu menjadi
andalan garda terdepan dalam pemberitaan. Panggilan Langit yang terkesan mellow
ternyata cocok untuk dia. Tak hanya bisa diandalkan pada pencarian berita, dia
juga dindalkan dalam merangkai kata. Tak jarang kalimat puitis keluar dari
bibirnya. Karya-karyanya juga sudah tak perlu diragukan lagi. Media luar sudah
ditembusnya beberapa kali. Pantaslah kalimat ‘Berkaryalah, lillah’ sangat pas
dijadikan motto hidupnya. Dan pemikiranku itu pun terjawab sudah.
Siapa
sangka kami yang tak pernah banyak bicara diawal, harus disatukan lewat tugas
kerja. Sikap dingin pun pecah. Aku mulai banyak mendengar ocehannya. Dia mulai
banyak mengingatkanku. Satu hal yang masih aku ingat jelas saat anak ketiga
dari empat bersaudara ini menyuruhku untuk berani beralih tulisan menuju
tulisan artikel ataupun opini. Ajaran-ajaran yang dia sampaikan tanpa canggung
terus kuserap.
Pimum - Sekum |
Satu tahun itu tak membuat kami menyudahi keakraban lewat jobdesk saat itu. Kami kembali lagi dipersatukan. Pria Labuhan Batu ini benar-benar sabar kembali berjalan denganku. Ingin berproses untuk melatih mental dan menambah pengalaman dia jadikan alasan untuk menjalani satu periode kedepan bersamaku dan enam teman lainnya. Satu periode itu kami habiskan bersama. Sosok yang akrab dengan junioran tertanam pada dirinya. Dia terus belajar menjadi dewasa diantara kami yang kekanakan. Dia yang tanpa henti menasehati kami saat kami (hampir) lalai. Dia pria pemilik nama lengkap Gigih Suroso, susah datang dan susah pulang itu kalimat yang cocok untuk mendeskripsikannya sejak bergabung di dalam sana (read: Dinamika).
4 komentar
Niceeee
BalasHapusMakasi Mila :)
Hapusmantap kak..
Hapuskalau boleh tau sebelum nulis artikel atau opini kak nulis apa?kok kakak bilang disuruh beralih kak?
Masih dizona zaman kak. Nulis cerpen
Hapus