Storytelling, Cerita Tulisan yang Menghipnotis

April 20, 2017

Peembukaan Awal Materi Storytelling

Entah apa yang membuat aku benar-benar melangkahkan kaki untuk mengikuti diskusi ringan anak Medan yang disingkat DURIAN itu. Sudah lama aku ingin mengikuti kegiatan ini, namun tak kunjung terwujud. Dan  seketika terwujud, rasanya tak terlukiskan. Jika dianalogikan, barangkali seperti anak kecil yang merengek untuk dibelikan balon pada ayah dan ibunya disebuah acara pesta, dan seketika itu dia bahagia karena ayah dan ibunya mewujudkan keinginannya itu.

Baiklah, sudah terlalu panjang aku membuka tulisan ini. Sekarang aku rasa kita fokus pada isi tulisanku.
****
Sore itu mentari tidak begitu menyengat. Aku dan beberapa senioranku melangkahkan kaki menuju tempat dimana DURIAN dilaksanakan. Di dalam stand bernuansa orange dan biru sudah terlihat bangku berbalut kain putih disusun dengan rapi. Beberapa orang yang kulihat di sana juga tidak lagi asing bagi mata. Memang sempat beberapa kali aku bertemu sebagian besar dari mereka pada kegiatan di luar.

Suasana di dalam stand itu tidak sama dengan suasana diluar yang ramai. Meskipun suara lantunan music dari sebrang terdengar hingga ke dalam. Tak hanya itu, suara knalpot atraksi kereta yang ada sore itu juga dapat didengar dengan jelas. Tapi kesemuan itu tidak menganggu kegiatan untuk berlangsung.

Hampir semua bangku terisi penuh. Suara dari gadis berkulit putih dengan rambut yang digerai mulai menyapa kami. Disusul dengan suara dari gadis berbaju putih yang dibalut jilbab tosca ikut menyapa. Saapan itu merupakan awal dari acara. Sambutan demi sambutan terlewati, hingga masuk pada diskusi yang kali ini dibawakan Pak Erwinsyah, mantan Sekretaris Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).  

“Menulis cerita yang menghipnotis,” katanya sembari melirik ke arah slide yang bertuliskan kalimat itu.  

Seperti apa yang beliau katakan, sentuhan lewat suara yang diperdengarkan itu mampu membuat kami terhipnotis. Kata demi kata yang keluar dari bibir wanita itu sangat menyentuh. Ada sesak yang terasa. Ada bulir air yang menetes dari pelupuk mata. Ada isak tangis yang terdengar jelas.

Kesemuan itu adalah bagian dari materi yang dia bawakan, storytelling. Dimana pada storytelling terdapat tiga fomat, yaitu visual, audio, dan teks. Pada bagian visual harus terdapat unsur ekspresi, gesture, dan momen. Sedangkan pada  audio harus terdapat intonasi dan sound effect. Dan didalam teks harus terdapat narasi , deskripsi, ataupun diksi.

Menyampaikan storytelling tidaklah mudah. Kita harus memasukkan unsur sedih atau senang, marah atau tertawa untuk menyampaikan storytelling yang baik. Pembawaan kita pun harus disertai dengan penghayatan. Ekspresi dan deskripsi harus seolah-olah nyata, agar pendengar atau pembaca benar-benar hanyut terbawa cerita. Sama halnya dengan apa yang diperdengarkan diawal.

Pada storytelling kita harus memakai semua panca indra. Apa yang kita dengar, apa yang kita rasa, apa yang kita cium, semuanya harus dituangkan dengan jelas. Sungguh diskusi yang menarik. Tak heran jika ruangan itu dipenuhi orang-orang hingga akhir.

   

You Might Also Like

0 komentar

Ads Here

Sidebar Ads

Like us on Facebook

Follow Instagram