Tentang Kehilangan

Desember 27, 2020

 


Ini tentang kehilangan. Kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidupku. Sebab perginya mampu membawa seluruh aku bersamanya. Jikapun tersisa, itu tidak lagi sempurna. Iya aku terlihat ada, masih menapakkan kaki di dunia, tapi seakan tidak bernyawa. Aku tidak memiliki tujuan dan arah. Semua hilang setelah perginya, seseorang yang selalu mengkhawatirkanku saat waktu pulangku terlarut malam. Iya dia lelaki yang selalu sabar membujukku tiap kali aku bertingkah kekanak-kanalan dengan segala rajukku. Iya, dia yang kusebut Ayah. 

Entah bagaimana bisa kutuliskan semua ini dengan sempurna. Entah bagaimana harus kujelaskan agar kalian mengerti jelas maksud dari aku yang rumit ini. Sederhananya, aku ingin kalian tahu alasan dari mengapa aku tak ingin lagi kehilangan orang-orang yang aku sayang setelah kepergiannya. Itu terlalu sakit. Sangat. Aku tak bisa mendeskripsikannya secara jelas untuk kalian pahami. Tapi percayalah hari itu dan setelahnya aku tidak pernah lagi sempurna. Iya aku ada, aku nyata, tapi mati sudah. 

Ini bukan perkara aku belum mengikhlaskan kepergiannya. Ini hanya tentang bagaimana rasa kehilangan itu masih menjadi trauma, karena rasa sakitnya yang luar biasa. Tentang rasa takutku ditinggalkan, sebab aku tidak ingin lagi orang-orang yang kusayangi pergi meninggalkan. Tentang usahaku menjaga mereka yang kusayang untuk tetap tinggal agar aku tak rasakan kehilangan yang sama. 

Aku tahu betul bagaimana diriku ini. Aku tahu batas dan kemampuan diriku sendiri. Sebab mengapa aku selalu katakan pada mereka yang aku sayang bahwa sayangku itu sempurna. Aku tidak pernah main-main dalam hal menyayangi. Aku akan melakukan apapun agar mereka tidak pergi meninggalkan. Iya setakut itu aku dengan kehilangan sekarang. 

Sebelumnya kuakui aku tak pernah sepenakut ini. Aku belum pernah menjadi tak berdaya begini. Aku tidak pernah melepaskan waktuku tanpa target-target yang akan kupenuhi. Tapi sekarang berbeda. Aku hanyalah seorang gadis penakut. Seorang anak perempuan yang hanya berjalan mengikuti perputaran waktu dengan harapan selalu melewatinya dengan orang-orang yang kusayang. Karena untukku percuma jika aku melewati hari tanpa orang-orang yang kusayang. Merekalah alasan aku untuk tetap melanjutkan hari meski tidak lagi seperti sebelumnya. Setidaknya mereka menjadi nyawa untuk diri yang sudah mati suri.  

Iya hanya sesederhana itu aku memaknai kehidupanku sekarang. 

Jadi jika aku katakan aku menyayangi kalian, percayalah sayangku utuh. Aku tidak main-main. Dan jika disuatu kesempatan kalian menemukan aku tengah berjuang untuk mempertahankan atau ternilai seperti tidak ingin ditinggalkan, percayalah itu tanda aku telah benar-benar menyayangi kalian. Aku tidak akan peduli dengan penilaian orang kenapa aku bersikap sedemikian. Karena aku percaya mereka tidak mengetahui bagaimana rasa takut akan kehilangan itu, rasa sakitnya kehilangan, juga rasa tak berdayanya diri jika kembali ditinggalkan dan harus kembali kehilangan. Sebab itulah aku tak ingin ada kehilangan-kehilangan yang lainnya.

Jika pun harus ada kehilangan, pintaku satu padaNya; biar aku yang pergi meninggalkan kalian dengan berpulang kepadaNya. Karena aku tahu, diri ini tidak akan bisa sanggup lagi menerima kehilangan. Aku yang terlihat kuat ini sebenarnya sudah sangat rapuh sekarang.

You Might Also Like

0 komentar

Ads Here

Sidebar Ads

Like us on Facebook

Follow Instagram