Saat Satu Harimu pun Kini Sudah Tak Lagi Ada
Oktober 26, 2020
Aku mengulang ingatan berkali-kali. Kali ini benar-benar hanya tetang kita yang memenuhi isi kepala. Tentang kita yang lalu-lalu dan yang sudah-sudah. “Begitu menyenangkan ya dulu kita” batinku sendirian.
Ada begitu banyak waktu yang kemarin acap kali kita habiskan bersama. Tidak selalu bertemu nyata memang, tapi lewat maya pun terasa begitu menyenangkan. Kita suka kekonyolan yang sederhana. Yang tanpa sengaja sering kali mengundang gelak tawa. Iya, aku akui bersamamu aku bahagia. Tapi kebahagiaan tidak selalu berpihak sama bukan? Kebahagiaan tidak selalu menetap pada kita.
Pelan-pelan kau mulai berubah. Singkatnya percakapan-percakapan kita lewat dunia maya pun semakin terbatas. Hari itu aku tahu benar kau sedang tidak baik-baik saja. Pemaklumanku tentang itu kukerahkan semua. Aku mencoba paham untuk perubahanmu yang berubah secepat itu. Meski dalam hati sering kali ada banyak tanya menyinggahi. Begitu juga rasa curiga yang tak berhenti untuk menghampiri.
Pemaklumanku untuk semua diantara kita yang semakin hari semakin asing terus saja kuterima. Aku yang sering kali memaklumi tentang kabarmu yang tak lagi ada pun terkadang berubah egois. Seringkali terlintas dalam hati untuk tidak lagi mengabari. Aku ingin tahu seperti apa diam kita jika diantaranya tak lagi ada kabar. Iya, sampai akhirnya aku pernah melalukannya. Aku tak mengabarimu sama sekali di hari itu. Hari dimana itu adalah hari tersulit dan terlama yang aku rasakan seorang diri. Aku menahan rasa ingin tahuku tentang kamu. Aku menunggu kamu memberi kabar kepadaku. Tapi sayangny apa? Kau pun tanpa kabar. Kita sama-sama diam.
“Hahaha. Lucu sekali kamu. Dia tidak akan mencari kamu untuk saat ini karena ada banyak yang lebih menenangkan dari kamu,” celetukku dalam hati.
Aku menertawakan diri sendiri. Memang benar aku terlalu berharap dia akan mencariku. Sebab dalam setiap do’aku aku selalu meminta pada Tuhanku untuk mengembalikan dia seperti dulu. Aku tak ingin berada pada keadaan seperti ini. Ini terlalu menyakitkan. Sayangnya entah sampai kapan dia akan memahaminya. Berulang kali aku coba untuk katakan semua kepadanya. Tentang pemaklumanku yang aku sendiri pun tidak tahu entah sampai kapan mampu bertahan. Tapi tetap saja dia juga tidak memahami. Dia lebih suka dengan mereka yang nyata, daripada aku yang lebih sering hadir lewat maya. Parahnya lagi, dia terus saja mengabaikan aku pada satu hari nyatanya aku pada dunianya. Satu hari yang selalu aku usahakan untuk bertemu dengannya tanpa alasan. Kini satu hari itu pun tak lagi ada. Aku tak pernah lagi nyata dan selalu ada. Dan aku; orang yang mencintai juga menyayangimu tanpa jeda kalah telak pada orang yang selalu ada.
1 komentar
Kabare ka??
BalasHapus