Saat Aku Bahagia dan Kau Pergi Tanpa Kabar
Mei 30, 2018
"Masih rindu."
Tulis pesan singkat via WhatsApp darimu malam itu. Malam dimana ternyata rindu adalah sekedar bagian dari kata. Karena barangkali untukmu aku bukanlah apa-apa.
Setelah menerima pesanmu dan membalasnya aku tak dapati pesan balasan lagi. Aku paham waktu itu terlalu larut untuk kita masih bercengkrama tanpa tatap mata. Hingga aku berpikir semua masih baik-baik saja. Aku masih menjalani hari seperti biasa. Memberikan kabar dan menyapamu untuk sekedar mengingatkan saja. Tapi apa yang kudapat tidak sesuai dengan angan yang kupunya. Kau sama sekali tak membalas sepatah kata.
"Barangkali dia sibuk," batinku saat itu.
Tanpa ragu esoknya aku kembali menyapamu dengan hangat. Aku melupakan kejadian kemarin yang membuatku luka tapi tak berdarah. Tapi apa, aku tak menemukan sapaan balik darimu. Bahkan kau tak membacanya sama sekali. Kau membiarkan ucapan itu tergantung diantara deretan pesan WhatsAppmu yang lain. Aku yakin itu.
Kau membuat hari-hari cerah suram seketika. Aku tak tahu apa yang membuatmu berubah seperti itu. Kau tak seperti apa yang aku kenali. Tapi bagaimana pun itu pilihanmu. Aku paham, aku bukan siapa-siapa. Mana mungkin aku menuntut apa-apa.
Kau miliki dunia yang barangkali tak ingin aku ketahui. Barangkali kau tak ingin aku ada di sana. Kau takut aku sakit lalu terluka. Begitukan?
Tapi tunggu, bukankah kau menawarkanku untuk menjalani hidup berdua? Menghabiskan sisa waktu yang kita punya. Bahkan membingkai mimpi-mimpi indah dimasa mendatang secara bersama. Lalu mengapa kau tak mengajakku masuk. Kau tak juga memperkenalkanku pada duniamu seutuhnya. Kau masih saja memikirkan sakit yang membuat luka jika aku ada disana. Padahal jika kau tahu, sekarang aku tengah terluka.
Aku (kembali) menikmati luka yang tak berdarah. Mencium aroma rindu yang terus menderu. Berharap kamu akan memberi kabar padaku.
Ah.., barangkali aku terlalu berlebihan bahkan terkesan lebay soal perasaan ini. Tak mengapa berpikir saja sesukamu. Sebab kau tak tahu bagaimana aku terjaga menunggu kabarmu. Bagaimana pun kau tetaplah apa yang kukenali.
Pun aku masih sama, merindukan kau yang sempat kujadikan bagian dari masa depan. Seseorang yang menggetarkan dada dengan luar biasa. Kumohon jangan pergi dan membuat sepi kembali untuk melanda rongga dada. Ini bukan akhir cerita kita. Begitukan?
2 komentar
Sadis
BalasHapusduhh.. kok galau gini ya, semangat dong, masa kek gitu sih, hmm
BalasHapus