[Sosok] Didikan Orang Tua, Bukti Karya Chairani Tambunan

April 29, 2017



Bagiku bertemu dan mengenal orang baru bukanlah hal yang mudah, bukan juga hal yang begitu sulit dilakukan. Aku telah membiaskan diri dengan kesemuaan itu sejak dua tahun terakhir. Kebiasaan-kebiasaan itu membuat aku melangkahkan kaki menjadi sosok yang tak pernah kubayangkan. Jauh dari kategoriku sebenarnya, bahkan tidak masuk dalam daftarku (dulunya). Iya, menjadi seorang reporter.

Sejak hari itu aku dipanggil, aku membiasakan diri untuk selalu bertemu dan mengenal orang baru. Memaksa otakku untuk mengingat nama dan wajah mereka. Dan menjadi sosok sepertiku bagi sebagian temanku adalah hal yang luar biasa. Tak jarang mereka mengatakan “keren” dengan apa yang tengah aku geluti. Aku akui ini memang keren, sangat bahkan. Bertemu orang yang tidak sekedar hanya bertemu. Aku menarik banyak pelajaran dari sana. Misalnya saja lewat wanita berdarah Batak pemilik nama lengkap Chariani Tambunan, yang waktu itu kami memang menjanjikan untuk bertemu di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU).


Sejak aku diberitahu untuk menemuinya, aku memang harus tahu siapa dia. Setidaknya sedikit saja mengenai dia. Iya, yang aku tahu dia wanita muda berdarah Batak yang memiliki kemampuan untuk membuat ‘Jaring Mimpi’ atau yang lebih sering kita kenal saat ini dengan ‘Dream Catcher’. Hanya bermodalkan itu aku berani menemui dia untuk menanyakan apa yang perlu aku tahu dan aku tanyakan.

Lagi-lagi it’s amazing experience for me. Siapa sangka aku bisa bertemu dengan wanita multi talent sepertinya. Apa yang dia ceritakan benar-benar diluar dugaanku sebelumnya. Mengapa tidak, di usia yang seharusnya kita mendapatkan boneka Barbie dengan memintanya pada orang tua kita, dia malah disuruh untuk membuat boneka sendiri.

“Dari kecil diajari mama kalau ingin sesuatu bikin sendiri. Jadi dulu disaat-saat anak TK itu megang boneka atau barbie, aku malah disuruh mama untuk buat boneka dari tanah liat sendiri, dan itu berhasil. Itu didikan orang tua yang sampe sekarang masih bertahan,” ungkap gadis berkacamata itu.
Sejak kecil orang tuanya telah mendidiknya menjadi gadis yang mandiri. Tak salah jika sekaran dia memiliki banyak karya. Tidak hanya dream catcher saja, gadis insomnia ini juga memanfaatkan waktunya untuk membuat hasil kerajinan lainnya, seperti rajutan, tas, dan ukir.

Hasil dari kelihaian tangannya itu kini meghasilkan rupiah. Tak jarang juga dia mendapat tawaran pameran hasil tangannya, terkhusus dream catcher atau yang lebih suka dia sebut dengan jaring mimpi. Jaring mimpi buatnnya tidak hanya diminati penduduk lokal saja, mealinkan sudah merambah ke luar Negeri seperti China, Jerman, dan Polandia.


Di usia yang masih muda seperti ini, gadis kelahiran ’92 ini benar-benar menginspirasiku. Seakan memberikan magnet-magnet yang kembali menarik semangatku. Begitu banyak karya yang sudah dia hasilkan. Setidaknya, jika tidak untuk diperjual-belikan dia bisa mengkoleksinya sendiri. Hal yang serupa dia lakukan untuk hasil goresan tangannya di atas kanvas atau setidaknya di kertas putih disela-sela waktu kosongnya saat tidak membuat kerajinan.   

“Ya paling aku ngelukis kalau memang lagi nggak buat jaring mimpi atau kerajinan yang lainnya,” jelas Rani yang tertutupi dengan suara sound music di luar.

Pun baginya berkarya bukan hanya untuk diri sendiri. Sebab gadis berdarah batak ini juga tidak sungkan untuk membagi ilmunya kepada ibu-ibu di salah satu lembaga swadaya masyarakat dalam pemberdayaan wanita.



"Jika saja kau mau belajar, tak ada kata terlambat untuk lakukan. Asal kau mulai lakukan. Tidak hanya sekedar impian atau hanya perkataan."
-Ika Lubis-



You Might Also Like

2 komentar

Ads Here

Sidebar Ads

Like us on Facebook

Follow Instagram